Soekarno Muda
Buku ini memuat 61 tulisan Bung Karno yang ditulis sejak tahun 1926 sampai dengan tahun 1941 dan merupakan pemikiran puncak Soekarno muda sebelum Jepang mendarat di Indonesia. Masa 15 tahun itu cukup menentukan dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Bernard Dahm6 membagi periode perjuangan Soekarno era 1926-1941 ini menjadi tiga tahap yaitu pertama tahap nasionalis (1926-1931), tahap Marhaen/Marxis 1932-1933 dan tahap Islam (1934-1941) Soekarno telah gemar menulis sejak duduk di bangku HBS di Surabaya. Namun penyunting buku ini belum menemukan tulisan Soekarno antara tahun 1917 sampai dengan 1925. Tentu semua yang termuat dalam buku ini bukan seluruh tulisan yang pernah dikarang oleh Soekarno. Buku ini pertama kali diterbitkan tanggal 17 Agustus 1959 setelah panitia bekerja selama lima tahun mengumpulkan tulisan yang tersebar di mana-mana. Kumpulan tulisan itu masih dalam ejaan lama, dan Soekarno sendiri yang memberi judul "Di Bawah Bendera Revolusi ". Tulisan yang pertama adalah mengenai Nasakom yang ditulis tahun 1926 dalam Suluh Indonesia Muda . Entah kebetulan atau tidak, tampaknya pemuatannya sejalan dengan irama zaman saat itu (tahun 1959), ketika Soekarno mulai menjalankan apa yang disebutnya sebagai demokrasi terpimpin. Untuk mencapai persatuan bangsa dibutuhkan pula kebersamaan antara kelompok penganut ideologi besar di tanah air yaitu Nasionalis, agama (Islam) dan komunis. Tulisan yang terakhir berbentuk tulisan tangan mengenai peran guru dalam pembangunan bangsa. Meskipun mengacu kepada Taman Siswa, pernyataan Soekarno dalam tulisan ini relevan sampai sekarang dalam kaitannya dengan kehidupan dan peran pendidik secara khusus dan pembangunan karakter bangsa secara umum. Menurut Dahm, kreativitas Soekarno sebagai pemikir tentang nasionalisme dan penentang kolonialisme memuncak tahun 1926-1927. Tahun 1930-an ia lebih banyak di belakang layar, karena ia dibuang ke Flores dan Bengkulu. Ketika Jepang datang, ia ditunjuk sebagai pemimpin nasional. Menurut Bernard Dahm ada dua karakter yang menonjol pada Soekarno yaitu pemersatu ulung dan anti-imperialis yang militan. Soekarno mulai dulu dengan persatuan. Setelah ini diupayakan barulah ia melakukan perjuangan menghadapi penjajah (antara lain dengan dikotomi kulit putih dan kulit warna), dengan kata lain ia siap melakukan perang baratayuda. Buku ini menggambarkan konsistensi pemikirannya sejak tahun 1920-an. Dari segi pemikiran, masa pasca proklamasi hanya sekedar kelanjutan dari periode puncak pemikiran pendiri bangsa ini tahun 1920-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar